Malam-malam, istirahat bentar sambil nge-blog lagi. Sedikit menghilangkan rasa jenuh belajar pajak plus gak bisa tidur gara-gara minum kopi ._. , besok UTS hiks T.T. Semoga apalan nih gak ada yg lupa,,huooo ( kata pak dosen harus rileks)
Sambil ditemenin sama s*ai ol*ai (merk gak boleh disebutin), soal-soal paja k+ manajemen yang bertebaran , buku pajak + manajemen, alat tulis dan nunggu teman bales wa ( daritadi gak bales-bales #curcol) . Aku mau ngebahas tentang mainan masa kecil atau yg akrab dipanggil dolanan , kalo ingat kata itu jadi ingat mainan tekong-tekongan, kotak pos, selebur, boy-boyan , benteng-bentengan , engkle , bekel, dakon, dll . Berbahagialah aku dan anak-anak yang lahir di generasiku dan generasi sebelumnya. Kita semua masih sempet ngerasain yang namanya mainan tradisional ,kalo dibandingin sama generasi sekarang entah kenapa beda banget. Jaman sekarang, anak kecil hampir semua pegangannya gadget bahkan ada yang dari balita udah dibiarin buat main gadget . Mungkin maksudnya ngenalin teknologi ke anak tapi jadinya malah salah sasaran , anak-anak justru pakai gadget buat main game dan lama-lama addicted sama tuh gadget . Jadi ,ingat cerita salah satu dosen di kampus, beliau pernah cerita ketemu anak kecil yang bawa gadget senilai 25-jutaan dan gadget itu cuma dibuat main game (sayang sekali, mahal-mahal cuma dibuat main game -.- ).
Sebenarnya aku sedih ngeliat nasib si dolanan ini, jaman sekarang susah banget liat anak-anak kecil yang main engkle, benteng-bentengan, boy-boyan, pate lele, dll. Mereka lebih asik sama gadget masing-masing dan satu hal yang buat aku miris, game yang mereka mainkan gak sesuai sama usia mereka. Usia mereka masih dini tapi sayangnya udah di cekoki sama game-game yang berbau kekerasan dan konte-konten buruk lainnya.Dari sudut pandangku, perkembangan dan kemajuan teknologi bukanlah penyebab utama tergerusnya nilai-nilai tradisional tetapi kelalaian akan dinamika perkemabangan zaman yang jadi pemicunya. Manusia lalai dengan kehidupan modern yang serba instan yang justru memicu individulisme.
Back to dolanan..., terlihat banget perbedaan permainan yang dimainkan anak-anak saat ini dengan anak-anak tempo dulu. Anak-anak zaman sekarang dengan gadget mereka masing-masing tinggal duduk diam sendiri mencet-mencet tombol atau layar buat mainin game dan gak memerdulikan lingkungannya , pokoknya harus high score. Bandingkan dengan masa-masa kejayaan dolanan, semua permainan tempo dulu pasti gak bisa dimaini sama satu orang pasti harus rame-rame, kalo gak rame gak seru dan rasanya anyep. Dari rame-rame inilah anak-anak kecil membagun karakter mereka, kerja sama dan rasa empati mulai terlatih. Selain kerja sama dan rasa empati ditumbuhkan dari permainan tradisional anak-anak juga belajar tentang sportivitas dan bagaimana menerima .Semua permaina tradisional pasti ada yang menang dan ada yang kalah, berbeda dengan permainan zaman sekarang yang bisa dimainin sendiri, toh intinya harus dapat high score. Hal-hal yang terlihat sepele ini yang justru dapat jadi boomerang buat mereka kelak ketika sudah dewasa karena semenjak kecil ,mereka sudah terbiasa dengan individulisme padahal kehidupan ketika dewasa adlaah kehidupan yang kompleks dan gak mudah untuk diatasi sendiri aslah satu contohnya adalah dunia perkuliahan san kerja yang pastinya menuntut koordinasi dan integritas.
Dari sini, semua pihak tidak hanya orang tua dan pendidik saja tetapi seluruh masyarakat (termasuk generasi kita) memberikan perhatian kepada masalah ini. Jangan sampai anak-anak kehilangan wadah mereka untuk mengembangkan kepribadian yang lebih baik dan justru terjeremus dalam sikap apatis. Saat ini, kita haru bisa menyelaraskan antara kesenangan mereka dan teknologi. Menurutku untuk menyelaraskan hal ini, pembatasan penggunaan gadget dapat dilakukan , anak-anak tetap di perkenalkan dengan teknologi sesuai dengan kapasitas mereka ( seperti mengakses situs atau aplikasi pendidikan, menggunakan panggilan telepon khususnya panggilan darurat serta hal-hal postof lainnya) dan proses unruk melatih kepribadian mereka dapat dilakukan melaui permainan tradisional . Walaupun itu hal yang tidak mudah tetapi jika kita perduli akan pribadi generasi yang akan datang, pasti hal itu dapat kita lakukan. Ingat , semua perubahan pasti butuh proses.
Kesimpulannya, dengan mengabungkan si dolanan dan teknologi, nilai-nilai tradisional, kepribadian postif, kecepatan komunikasi dan informasi dapat disampaikan kepada anak dan kita sebagai generasi terdahulu tidak perlu say goodbye sama permainan kecil kita.Jangan pernah biarkan nilai-nilai dari bangsa ini tergerus akibat kelalaian yang kita perbuat .
Sekian dari saya, maaf kalo ada yng gak nyambung (entah itu tulisan atau bahkan judul) karena ngantuk dan otak lagi dipenuhi sama UTS. Dadaaa.......